Mando Yaba Dogo Mote

A . PENGANTAR DAN PEMAHAMAN.

Jika menganilisis judul ini akan mengarah pada eksistensi manusia mee secara universal. Mee merupakan suku secara geografis terdapat di daerah wissel Merren mulai dari Kegata sampai Makataka dan memiliki karakteristik ras yang khusus yakni bahasa, kultur yang sama serta dalamnya pertalian darah yang berkesinambungan. Jika kalau warna kulit papua secara utuh diidentifikasi menjadi dua yakni berambut keriting dan berkulit hitam dan berambut lurus yang keberadaannya di pesisir.

Manusia mee secara utuh perlu menganalisis eksistensi bahwa aku adalah mee. Dengan prinsip dasar mee apa yang aku manusia mee ukir sehingga mee tetap eksis dan konsistensi. Sebagai manusia mee juga dituntut pada setiap actor urgensi juga implementasikan hal hal yang nonkonsistensi dengan kultur yang tidak membawa pada keuntungan dengan dasar budaya kita ( mee ). Dalam hal ini budaya- budaya luar dalam rangka memunakan nafsu melestarikan dan mengoptimalisasi kultur mee yang sebenarnya telah ada.

“ Aniki mee kidi topa yuwa dana aniki mee tuma gayake Bugi , Owa ,Piya, Edepede = Bope sehingga kultur kita jangan terbawa arus dengan masuknya budaya luar dalam rangka memunahkan kultur manusia mee secara totalitas.

Kultur manusia mee yang terdiri dari konteks Bope “ Bugi, owa, piya, edepede adalah pola yang tersistematik dan itu adalah rutinitas yang melekat demi mempertahankan kelangsungan hidup dalam berinteraksi sosial manusia mee di habitat leluhur mulai dari kegata sampai makataka adalah wilayah adat.

Manusia mee juga berada dalam wilayah adat dikategorikan dalam masyarakat adat yang tersistemik dan dalam pada itu juga telah ada norma- norma mee sebagai hukum tertinggi yakni hukum adat secara kolektif dan berlaku mulai dari kegata hingga sampai makataka.

Oleh karena itu, kepada actor manusia mee yang adalah masyarakat adat berdasarkan kultur manusia mee yang eksistensinya di dalam wadah adat pentingnya menimbulkan ide- ide dan atau prinsip aku adalah manusia mee dan nilai- nilainya dilestarikan dan dalam kehidupan rutinitas urgensi berbasis budaya manusia mee. Sehingga jangan terbawa arus oleh karena arus deras budaya luar masuk ke wilayah adat dalamnya dalah manusia mee sebagai actor atau orang adat.