Judul buku: Anak Koteka Jadi Gubernur
Penulis Buku: Lamadi de Lamato
Tebal: 226
Nama
Lukas Enembe mencuat ketika ia hendak mencalonkan diri menjadi Calon
Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Ahmad Arobi Aituaraw dengan mengusung
visi, Kasih Menembus Perbedaan pada Tahun 2006 silam.
Saat itu
secara defacto beliau masih menjabat sebagai Wakil Bupati Kabupaten
Puncak Jaya, meski dirinya dapat dikatakan masih tergolong muda, beliau
berani berhadapan dengan incumbent, yaitu pasangan Barnabas Suebu dan
Alex Hesegem.
Lukas Enembe memang sosok yang sangat fenomenal,
tidak saat ia mencalonkan diri menjadi gubernur karena berlatar belakang
orang-orang pegunungan. Tetapi sangat fenomenalitas beliau saat
terpilih menjadi Gubernur Papua Tahun 2013 yang lalu. Tidak saja
kemenangan mutlak yang ia peroleh, tetapi posisi itu juga membuatnya
menjadi gubernur termuda di indonesia. Satu prestasi yang luar biasa
tentunya.
Setelah menjabat sebagai Bupati Kabupaten Puncak Jaya,
kemudian beliau tampil sebagai Calon Gubernur bersama Calon Wakil
Gubernur Klemen Tinal periode (2013-2018), sosok Lukas Enembe
digambarkan Lamato sebagai sosok yang sabar, ulet dan pekerja keras.
Namun
selama 7 tahun, beliau terus bekerja dan berbuat baik kepada masyarakat
saat menjabat Bupati di Kabupaten Puncak Jaya. Akhirnya, berhasil
merebut kursi Gubernur periode 2013-2018 dengan meraih 1.199.657 suara
atau 52 persen.
Apa saja yang menjadikan beliau berhasil? Mari
simak lika-liku dan rahasia sukses Lukas Enembe yang dibagikan Lamato di
bawah ini.
Pada Bab I, penulis mengulas terperinci soal
kepribadian sosok Lukas sebagai anak yang lugu dan pendiam, anak yang
sopan dan bersahaja, murid yang paling menonjol, orang yang rendah hati,
orang yang jujur dan berani, orang yang sangat percaya diri, sosok yang
pluralis, anak yang necis dan rapi, memiliki emosi yang stabil, tak
pernah keluh kesah, ulet dan pekerja keras, suka membantu orang dan
memiliki karisma yang kuat.
Dengan membaca kepribadian Enembe
dalam buku ini, akan membuat pembaca terus rasa ketagihan. Penulis
sangat mahir dalam menceritakan kepribadian Lukas Enembe melalui
wawancara beberapa tokoh yang dianggap penulis tepat untuk
diwawancarainya.
Lamato bahkan menulis Lukas adalah nabi modern
bagi masyarakat Koteka yang sejak lama diimpikan masyarakat terisolir,
tertinggal dan termarginal oleh pembangunan yang tak menyentuh. Hal ini
adalah hasil wawancaranya dengan Aloysius Giay, sekarang kepala dinas
Kesehatan provinsi Papua.
Bab II menjelaskan bagaimana jalan
terjal menuju kesuksesan. Baru kali ini orang pegunungan bisa menguasai
politik di Papua dengan tidak tanggung-tanggung, jabatan nomor satu di
Provinsi Papua direbutnya.
Dengan kehadiran Lukas Enembe orang
pegunungan pun bisa diterima dalam pentas politik Papua, memang sangat
relatif cepat dengan kehadiran Lukas.
Penulis buku ini
menceriterakan panjang lebar tentang bagaimana seorang Lukas Enembe
berusaha keras dengan penuh godaan, tantangan, ujian, tetapi semuanya
itu dengan tabah dan rendah hati beliau jalani. Misalnya, saat Enembe
jadi ketua kelompok tani yang dituliskan dalam buku ini: Saat ia
memimpin jadi ketua kelompok tani, memulai mencoba dan mendapatkan
tantangan besar, istrinya sedang mengandung 2 bulan. Kemudian isterinya
masuk rumah sakit dan anak yang dikandungnya gugur. Buah hati Lukas
Enembe, Onno, yang dilahirkan melalui operasi sesar pun harus menutup
usianya.
Dalam Bab III menjelaskan tentang bagaimana ketika
Lukas kuliah ke luar negeri, Australia, hingga kemudian menjadi
praktisi politik hingga Lukas menjadi Gubernur Papua.
Juga
tentang kinerja Enembe dalam 100 hari kerja. Ia membuktikan
slogannya: "kemenangan kami adalah kemenangan Rakyat Papua untuk menuju
peradaban baru".
Penulis mencoba menjelaskan juga mengenai
gagasan Lukas Enembe yang berupaya melibatkan OPM dalam mengisi
pembangunan di Papua dengan memberikan posisi sesuai dengan yang mereka
mau, dalam bab IV.
Buku ini juga mengulas tentang ketegasan
Enembe menolak pemekaran di Papua. Belakangan ini Enembe berkomentar,
lebih baik dirinya menjadi warga negara Australia jika Papua dimekarkan
jadi banyak DOB.
Namun OPM tetap pada garis perjuangannya,
berjuang untuk Papua Merdeka. Dan tampaknya, sikap merangkul OPM tidak
berhasil dibuat Enembe sejauh ini.
Akhirnya, saya lihat, Lamato
ingin menggambarkan Lukas Enembe sebagai sosok yang percaya diri,
optimis dan tidak mudah menyerah untuk menjadi orang nomor satu di Papua
walau dibilang usianya masih sangat muda. Dan semangat itu yang
sebenarnya dimiliki setiap anak pegunungan, anak Papua pada umumnya:
sikap tidak mudah menyerah!.
Hendrikus Yeimo adalah mahasiswa Papua, wartawan majalahselangkah.com, kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Muhammadiyah, Jayapura.
Sumber: http://majalahselangkah.com/content/-anak-koteka-jadi-gubernur?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter
Luar biasa anak gunung satu - satunya, hanya cara berdemokrasinya kurang baik. Dia tidak dipilih oleh rakyat dalam arti tidak suara hati rakyat yg memilih dia sebagai Gubernur namun karena tekanan-tekanan pemerintah daerah kepada desa-desa sehinga suara terpaksa diarahkan kepda pak Lukas. Contoh, Kepala Daerah Lanny Jaya, Befa Jigibalom intruksikan kepada desa2 dan pejabat lain utk menangkan Demokrat, jika tidak maka kursi dan pakean dinas akan diganti. Lebih lengkapnya bisa lihat di dalam buku yg ditulis oleh akademisi, aktivis gereja dgn judul " Pemilihan Gubernur Papua tidak demokratis" by Pares L. Wenda.
BalasHapusResensi Anak Koteka Jadi Gubernur
BalasHapus