AUKI TEKEGE, |
Penetapan dan pengangkatan sang tokoh yang sejak delapan puluhan tahun silam melakukan beberapa kali komunikasi dengan misionaris barat di daerah Kokonao hingga berhasil membawa rombongan Pater Tillemans MSC ke wilayah Meepago, itu diadakan dalam sebuah perayaan ekaristi kudus, Minggu (18/10/2015) lalu.
Uskup Keuskupan Timika, Mgr. John Philip Saklil, Pr dalam kotbahnya di Gereja Katolik Paroki Santa Maria Bunda Rosari Modio, mengakui ketokohan seorang Auki Tekege.
Paroki Modio merupakan salah satu paroki yang ada dalam wilayah Dekenat Kamuu-Mapia (Kamapi), Keuskupan Timika. Secara pemerintahan, Modio adalah ibukota Distrik Mapia Tengah, Kabupaten Dogiyai, Papua.
Auki Tekege, menurut Uskup Saklil, seorang awam yang cukup berjasa membuka jalan bagi masuknya Injil Allah sekaligus peradaban baru bagi masyarakat Papua di bagian Pegunungan Tengah khususnya wilayah Meeuwodide sejak tahun 1935 hingga 1952.
“Pewartaan Injil di wilayah Meepago berawal dari sini, oleh karena perjuangan Auki Tekege. Misionaris masuk membawa Kabar Gembira di sepanjang Pegunungan Tengah karena adanya kontak awal dari Auki Tekege, dan beberapa rekan lainnya saat itu. Maka, kita patut berterima kasih kepada mereka,” ungkapnya.
Atas jasa dan karya itu, Uskup secara resmi menetapkan dan mengangkat Auki Tekege sebagai Tokoh Gereja.
Uskup kemudian memberkati arca Auki Tekege yang untuk sementara ditempatkan di halaman Gereja Katolik Modio, tepatnya di depan batu tempat Injil pertama kali diletakkan Pater Herman Henry Anthon Maria Tillemans, MSC, 26 Januari 1963.
Dalam buku “Fransiskan Masuk Papua, Jilid I: Periode Pemerintahan Belanda 1937-1952” karya Jan Sloot (2012), dan dalam lembaran sejarah perkembangan Gereja di Tanah Papua, nama Auki Tekege dicatat sebagai salah satu tokoh yang berperan penting dalam masuknya Injil di wilayah Paniai.
Ditulis di sana, Auki melakukan beberapa kali kontak dengan misionaris di daerah Kokonao, hingga akhirnya menjadi penunjuk bagi Pater Tillemans MSC berjalan kaki menuju Wissel Merren.
Pater Tillemans menginjakkan kakinya pertama kali di Paniai atau yang saat itu disebut Wissel Merren, lebih dahulu sebelum Pdt. Walter Post dan Pdt. Russel Dabler dari misi The Christian Misionari Alliance (CMA) yang diutus Pdt. Robert Alexander Jaffray pada akhir tahun 1937. Sebelumnya pada ekspedisi pertama, 26 Desember 1963, Tillemans berjalan kaki bersama Auki ke Modio. Di sana Pater Tillemans memimpin misa perdana.
Pastor Paroki Modio, P. Alfonsus Biru Kira, Pr, mengatakan, upacara penetapan dan pengangkatan Auki Tekege sebagai Tokoh Pembawa Terang Bagi Masyarakat Koteka merupakan satu upacara monumental yang menandai dimulainya beberapa rangkaian kegiatan ke depan.
“Pemberkatan arca Auki Tekege oleh Bapa Uskup Timika menandai proses awal dari seluruh proyek pembangunan Paroki Modio sebagai tempat ziarah yang ditandai dengan tiga tempat penting dalam kaitannya dengan karya luhur Auki Tekege,” jelasnya.
Proyek pembangunan Paroki Modio sebagai tempat ziarah, jelas Pater Kira, akan dilakukan di tiga tempat penting, yaitu lokasi perjumpaan Pater Tillemans dengan para tokoh Papua dari Paniai, Kamuu, Mapiha, dan Migani atas prakarsa Auki Tekege.
Lokasi kedua adalah di makam dan rumah Auki Tekege, serta lokasi ketiga yakni tempat Pater Tillemans menaruh Injil dan Salib.
Diakui, peristiwa bersejarah tersebut memang sudah dinantikan oleh umat Katolik, bahkan masyarakat Papua pada umumnya di Pegunungan Tengah secara khusus di wilayah Meeuwodide hingga daerah Suku Migani di sebelah Timur.
Uskup pada saat perayaan ekaristi kudus itu memberikan Sakramen Krisma, kemudian dilanjutkan acara pengangkatan sekaligus pemberkatan patung wajah Auki Tekege di halaman gereja. Setelahnya Uskup memimpin peletakan batu pertama untuk pembangunan Pastoran Modio.
“Kami berharap ada dukungan dari semua pihak, seperti sudah dinyatakan pada saat acara ebamukai di depan gereja, salah satu tempat bersejarah,” kata Pater Kira.
Senada diungkapkan Kepala Distrik Mapia Tengah, Engelbertus Primus Degei. Menurutnya, dukungan awal sudah datang dari berbagai pihak, termasuk para pemerhati Papua dan beberapa donatur yang turut berbagi kasih.
“Semua itu hanya untuk menghargai karya luhur para pendahulu sebagai bukti nyata perpanjangan tangan karya Ilahi di dunia,” kata Engel.
Anggota DPRD Kabupaten Dogiyai, Yusak Ernest Tebai mengatakan, peristiwa bersejarah yang dirintis Auki Tekege bersama beberapa rekannya pada masa itu sudah merupakan langkah awal Terang Kristus menyinari wilayah Meeuwodide.
“Karena merekalah kita bisa bersekolah hingga hari ini menjadi pejabat. Jika Auki dan kawan-kawan tidak membawa masuk Injil, mungkin ceritanya lain. Saya terharu, tidak ada balasan bagi mereka. Hanya Tuhan yang memberi mereka hadiah di Surga,” tutur Tebai.
Yusak Ernest Tebai bersama enam orang anggota DPRD Kabupaten Dogiyai, hadir di acara itu. Mereka kemudian menyerahkan bantuan dana secara sukarela pada saat gelar tikar (ebamukai). Banyak pihak juga memberi sumbangan, selain janji iman yang akan disetor selama enam bulan ke depan.
“Terima kasih kepada semua saudara-saudari yang turut membantu mendukung maksud baik Keuskupan bersama warga di sini,” ujar Marselino Tekege, anggota DPRD Dogiyai yang juga putra asli Modio.
Pihak Legislatif, kata dia, sesuai kewenangan akan mengawal janji Pemerintah Kabupaten Dogiyai mendukung rencana pembangunan monumen Auki Tekege. Dukungan pemerintah daerah itu sebagaimana disampaikan Ibu Bupati, Ny. Yohana Yobee Tigi dan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Humas), Donatus Degei yang hadir di Modio mewakili Bupati Thomas Tigi.
Umat bersama para tokoh masyarakat di sana, tak terkecuali Ketua Dewan Paroki Modio, Marthinus Kedeikoto, menyampaikan terima kasih karena perjuangan Auki Tekege (1900-1962) telah diakui Keuskupan Timika setelah 80 tahun berlalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar