Most Popular
This Week
Sebuah Peristiwa Pengibaran Bendera Bersejarah Sinyal Kebangkitan untuk Nasib Papua Barat
Klaim Papua Barat untuk menentukan nasib sendiri adalah mendapatkan dasar internasional . Tapi untuk ini menjadi kenyataan , lebih banyak pe...
Terbatasnya Tenaga Pelayanan Kesehatan di Meuwodide
Sedang santai dengan kediamannya, setelah Yogi pulang kampus (Foto Zaver Yogi/ Moyai) Bandung, - Fasilitas kesehatan berupa Puskesm...
Popular Posts
Latest Stories
What is new?
Comments
What They says?
Moyaipai,
PENDIDIKAN
»
Ketrampilan Pendidikan Anak Usia Dini
Ketrampilan Pendidikan Anak Usia Dini
By Unknown On Kamis, 19 Juli 2012
Moyaipai,
PENDIDIKAN
0 comments
Bahasa Anak Usia Dini
Pendidikan Anak : Bahasa Anak Usia Dini
Bahasa adalah alat komunikasi tapi bahasa anak usiadini tidak banyak orang mengerti. Nah.. mungkin Anda salah satunya. Bagaimana
Anda bisa berkomunikasi dengan anak-anak anda yang masih dalam usia dini jika
Anda tidak mengerti bahasa anak usia dini.
Sebuah pelatihan telah dilakukan
yaitu pelatihan
TOT Program PAUD yang dalam pelatihan tersbut salah satu yang di bahas adalah Implementasi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini Oleh : Eli
Tohonan Tua Pane,S.Pd.
Berikut ini merupakan rangkuman
materi pelatihan Implementasi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini
Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting
bagi setiap orang. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat
mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain.
Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan
penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi
dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa
sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi
antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat
membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai
salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak
berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.
Bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik
lisan maupun tulisan dan merupakan sistem komunikasi antar manusia. Bahasa
mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal serta dapat dipelajari
secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang
dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk
mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia
perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat
mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang
sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.
Implementasi Pengembangan Bahasa
Implementasi pengembangan bahasa pada anak tidak terlepas
dari berbagai teori yang dikemukakan para ahli. Berbagai pendapat tersebut
tentu saja tidak semuanya sama, namun perlu dipelajari agar pendidik dapat
memahami apa saja yang mendasari dalam penerapan pengembangan bahasa pada anak
usia dini. Pemahaman akan berbagai teori dalam pengembangan bahasa dapat
mempengaruhi dalam menerapkan metoda yang tepat bagi implementasi terhadap
pengembangan bahasa anak itu sendiri sehingga diharapkan pendidik mampu mencari
dan membuat bahan pengajaran yang sesuai dengan tingkat usia anak. Adapun
beberapa teori yang dapat dijadikan rujukan dalam implementasi pembelajaran
bahasa adalah:
1) Teori behaviorist oleh Skinner, mendefinisikan bahwa
pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan
eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan
lingkungannya melalui pengkondisian stimulus yang menimbulkan respon. Perubahan
lingkungan pembelajaran dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak
secara bertahap. Perilaku positif jika diperkuat cenderung untuk diulangi lagi
karena pemberian penguatan secara berkala dan disesuaikan dengan kemampuan anak
akan efektif untuk membentuk perilaku anak. Latihan yang diberikan kepada anak
harus dalam bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respon) yang dikenalkan
anak melalui tahapan-tahapan, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih
rumit contoh: sistem pembelajaran drilling. Anak akan memberikan respon pada
setiap pembelajaran dan dapat segera memberikan balikan. Di sini Pendidik perlu
memberikan penguatan terhadap hasil kerja anak yang baik dengan pujian atau
hadiah.
2) Teori Nativist oleh Chomsky, mengutarakan bahwa bahasa
sudah ada di dalam diri anak. Pada saat seorang anak lahir, dia telah memiliki
seperangkan kemampuan berbahasa yang disebut ‘Tata Bahasa Umum” atau ‘Universal
Grammar’. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak
mendapatkan banyak rangsangan, anak akan tetap dapat mempelajarinya. Anak tidak
sekedar meniru bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan
dari pola yang ada, hal ini karena anak memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat
Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Devise/LAD). Teori ini
berpengaruh pada pembelajaran bahasa dimana anak perlu mendapatkan model
pembelajaran bahasa sejak dini. Anak akan belajar bahasa dengan cepat sebelum
usia 10 tahun apalagi menyangkut bahasa kedua (second language). Lebih
dari usia 10 tahun, anak akan kesulitan dalam mempelajari bahasa.
3) Teori Constructive oleh Piaget, Vigotsky dan Gardner,
menyatakan bahwa perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan
orang lain sehingga pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang. Anak
memiliki perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi
melalui interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir.
Pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan
optimal jika diberikan kegiatan sementara anak melakukan kegiatan perlu
didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau
orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap akan
menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan
potensi kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak. Oleh karena itu pendidik
perlu menggunakan metode yang interaktif, menantang anak untuk meningkatkan
pembelajaran dan menggunakan bahasa yang berkualitas.
Permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan
pada anak dalam berbahasa antara lain alat peraga berupa gambar yang terdapat
pada buku atau poster, mendengarkan lagu atau nyanyian, menonton film atau
mendengarkan suara kaset, membaca cerita (story reading/story telling)
ataupun mendongeng. Semua aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam
berbahasa dapat diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat berimprovisasi
dan mengembangkan sendiri dengan cara menerapkannya kepada anak sesuai dengan
kondisi dan lingkungannya. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa anak seperti:
1) Permainan ”Pilih Satu Benda”: dilakukan dengan membagi
anak dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok mendapatkan 10 macam benda. Anak
kemudian diminta untuk memilih 5 dari 10 benda tersebut. Anak bisa memikirkan
mana benda-benda yang lebih penting. Setelah beberapa saat, anak diminta untuk
memilih 3 dari 5 benda tadi, akhirnya diminta memilih 1 benda saja. Kemudian
setiap kelompok diminta berbicara untuk memberikan alasan mengapa mereka
memilih benda tersebut. Tujuan permainan tersebut adalah melatih ketrampilan
berbicara.
2) Permainan “Menebak Suara Binatang”: dilakukan
dengan memberikan tulisan/gambar kepada setiap anak dan tidak boleh dibuka
sebelum diperintahkan tutor. Kemudian setiap anak harus bersuara seperti
binatang yang ada di dalam kertas yang diperolehnya (anak tidak boleh
berbicara, hanya bersuara saja) dan mencari pasangan suara yang sama. ”Siapa
yang tidak mendapatkan pasangan ? Tebak nama binatang itu !”. Tujuannya adalah
membaca kata sederhana tentang nama binatang dan mengenali bunyi.
3) Permainan ”Moving family”: dilakukan dengan
memposisikan anak-anak duduk dalam sebuah lingkaran lalu memberikan mereka
potongan kertas bertuliskan ayah, ibu, kakak, adik. Kemudian
pendidik menyebutkan tulisan itu, misalnya ”ayah”, maka anak yang membawa
tulisan ayah dapat berdiri. Ketika pendidik mengucapkan ”ibu”, maka anak yang
membawa tulisan ibu berdiri, dan ketika pendidik menyebutkan ”keluarga”, maka
semua anak baik yang memegang tulisan ”ayah”, ”ibu”, ”anak” berdiri berdekatan.
Tujuan permainan ini adalah mengenalkan tulisan untuk dibaca, mendengarkan
bunyi.
4) Permainan ”Memancing Kata”: Anak memancing kartu kata.
Kata yang didapat anak kemudian dituliskan dalam secarik kertas. Tujuan :
mengenalkan anak pada huruf-huruf, melatih anak untuk menulis kata.
5) Permainan ”Menyeberang Sungai”: Dua anak diminta
memegang ujung-ujung tali, kemudian menggerak-gerakkan tali itu di lantai.
Sementara itu anak-anak lain bertanya,”Buaya, buaya, bolehkah aku menyeberang
sungaimu ? Anak yang memegang tali bisa menjawab dengan mengajukan syarat
tertentu bagi anak yang ingin menyeberang. Misalnya,” Ya boleh, jika kamu
mengenakan kaos berwarna putih”. Maka anak yang berkaos putih dapat segera
melompati tali yang digoyang-goyang. Demikian berulang-ulang dengan persyaratan
yang diajukan oleh pemegang tali berbeda-beda. Tujuannya: mengembangkan
kemampuan berbahasa anak.
6) Permainan ”Cerita Yang Diperagakan”: Pendidik dan anak
menyusun suatu kesepakatan, bahwa pendidik akan membacakan cerita, dan jika
menyebutkan kata-kata tertentu, maka anak telah sepakat untuk membentuk
gerakannya.
Gua : mencari pasangan dan bergandengan berdua ditambah 1
anak lain di tengah
Naga : bergandengan tangan membentuk mulut naga
Api : semua peserta boleh berganti peran
Pohon : berdiri tegak tidak boleh bergerak seperti pohon.
Setelah itu pendidik mulai bercerita, dan setiap
kata-kata ”naga”, ”gua”, ”api”, dan ”pohon” muncul, maka anak menunjukkan
gerakan yang telah disepakati.
Tujuan : keterampilan mendengarkan, menambah kosa kata.
7) Permainan ”Menulis Dengan Badan”: Anak diminta
membayangkan bahwa tubuhnya sebagai pensil, sehingga anak dapat menulis huruf
menggunakan badannya. Anak bergerak sesuai bentuk huruf. Anak yang lain diminta
menebak. Kegiatan ini dapat dikembangkan dengan kata dalam beberapa huruf,
misalnya : madu, dsb. Tujuan : melatih menulis dan membaca huruf. Contoh aktivitas permainan di atas dapat mengembangkan
kemampuan berbahasa anak, pendidik perlu menyesuaikan kegiatan dengan
perkembangan kemampuan anak dan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.
Pertanyaan yang Sering Muncul
”Saya ingin anak saya dapat membaca dan menulis secepat
mungkin, bagaimana caranya?”
Dasar-dasar permulaan membaca dan menulis dimulai sejak
lahir dan berkembang terus menerus sepanjang hidup. Di usia yang sangat dini
anak-anak mulai belajar bahasa lisan saat mendengar anggota keluarganya
berbicara, tertawa, bernyanyi dan ketika orang disekitarnya menanggapi semua
celotehannya. Demikian pula ia mulai memahami bahasa tulisan ketika mendengar orang
dewasa membacakan cerita untuknya serta melihat anggota keluarganya membaca
majalah, surat kabar, dan buku-buku. Kegiatan-kegiatan
ini dihadirkan dalam suasana yang hangat, penuh cinta kasih dan bebas tekanan
sehingga kegiatan membaca dan menulis menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Sangatlah penting untuk dipahami bahwa tujuan
utama mengembangkan kemampuan membaca dan menulis kepada anak-anak adalah
mengenalkan mereka pada kekuatan dan kesenangan membaca dan menulis. Kecintaan
membaca dimulai saat orangtua memeluk anak dan membacakan cerita dengan
ekspresif. Keakraban dalam bersama-sama menikmati buku dan cerita memperkuat
ikatan emosional, membantu anak dalam mempelajari kata dan konsep baru, dan
merangsang pertumbuhan otak anak. Semangat untuk menulis ditumbuhkan dengan
memberikan kesempatan kepada anak menggambar dan mencoret-coret. Gambar dan
coretan anak adalah tulisan pertamanya, lambat laun seiring dengan
perkembangannya anak akan menulis huruf-huruf. Melalui bantuan dan dorongan
dari orang-orang yang dekat di sekitarnya anak menapaki langkah besar menjadi
seorang penulis.
Penutup
Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting
karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan seorang anak akan dapat
meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain. Pendidik perlu menerapkan ide-ide
yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, memberikan
contoh penggunaan bahasa dengan benar, menstimulasi perkembangan bahasa anak
dengan berkomunikasi secara aktif. Anak terus perlu dilatih untuk berpikir dan
menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang
diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak.
Lebih daripada itu, anak harus ditempatkan di posisi yang terutama, sebagai
pusat pembelajaran yang perlu dikembangkan potensinya. Anak belajar bahasa
perlu menggunakan berbagai strategi misalnya dengan permainan-permainan yang
bertujuan mengembangkan bahasa anak dan penggunaan media-media yang beragam
yang mendukung pembelajaran bahasa. Anak akan mendapatkan pengalaman bermakna
dalam meningkatkan kemampuan berbahasa dimana pembelajaran yang menyenangkan
akan menjadi bagian dalam hidup anak.
About Unknown
Adds a short author bio after every single post on your blog. Also, It's mainly a matter of keeping lists of possible information, and then figuring out what is relevant to a particular editor's needs.
Tidak ada komentar: