Penetapan Auki Tekege Sebagai Tokoh Gereja oleh Uskup Timika Mgr Jhon P Saklil Pr |
Auki ialah manusia pra Modern yang belum tahu apa itu Injil atau Alkitab apalagi perkembangan dunia luar. Tetapi dengan gigih berjuang menghadirkan kabar suka cita di daerah pedalaman melalui hubungan dagang yang sudah lama dijalin dengan suku Kamoro.
Dalam sejarah perkembangan bangsa barat ke wilayah ekspansinya sering terjadi perang dengan bangsa pribumi. Namun pertemuan awal antara Auki dengan para misionaris terjadi dengan damai dan saling memandang satu sama lain sebagai ciptaan Tuhan.
Oleh karena itu DR JV de Bruijn menyebut Auki adalah orang yang bijak dan berpengalaman, juga berprestasi dan berkemampuan. Auki juga sudah melihat laut, Maikaida dan mengadakan kontak dengan orang Mimika dengan tukar menukar rokok dengan garam, juga menguasai bahasa Mimika.
(Auki is echter een bereisd man, waaraan hij zijn prestige ontleent. Hij heft de zee, maikaida, gezien. Hij ruilhandel drijft-tabak tegen zout de Mimikataal).[9]
Auki dibabtis menjadi orang Katolik pada tanggal 19-07-1958 bersama rekan-rekannya dari Mapia oleh Vikaris Apostik dan Uskup Tituler Mosynopolis Irian, Mgr. Dr. Staverman di Modio. Satu tahun kemudian 1959 Auki meninggal dalam usia muda. Beliau dimakamkan di Gokotikapau, yaitu sebuah gua yang sudah dipilih sebelumnya.
Pepatah mengatakan “Gajah meninggalkan gading, manusia meninggalkan nama”. Pepatah ini tidak berlaku bagi seorang Auki yang telah berjasa bagi orang pedalaman dan pegunungan bumi Cenderawasih. Karena jasanya menawarkan misionaris datang membuka mata hati pikiran orang gunung belum pernah dikenal luas. Sekarang menjadi tanggung siapa? Apakah orang Paniai yang telah muncul sebagai Auki-Auki kecil tinggal diam tanpa berterima kasih sedikitpun? Lima puluh tahun pesta emas berdirinya Gereja Modio – Mapia dan 70 Tahun masuknya Agama di daerah pedalaman Paniai adalah merupakan tonggak sejarah yang perlu dihayati dan direnungkan bersama-sama. Agar masyarakat Mapia khususnya dan orang Irian umumnya dapat membuka mata melihat kehidupan baru kedepan, untuk membangun, menata dan mengangkat sisa-sisa firdaus yang semakin hilang.
Sebelum Auki meninggal hanya ada satu pesan yang ditinggalkan kepada anak-cucunya, kepada orang Modio dan Mapia khususnya dan orang Irian umumnya.
AUKI bukan milik Tekege paa
AUKI bukan milik Tatago paa
AUKI bukan milik orang Modio
AUKI bukan milik orang Mapia
AUKI bukan milik orang Pedalaman
AUKI bukan milik orang Melanesia
Tetapi …………….
AUKI adalah milik setiap insan manusia
Yang mencintai dan mencari firdaus
AUKI adalah simbol firdaus yang hilang
Yang mencari dan menemukan Kabo-Mana
Untuk kita
Auki pergi menawarkan dan menerima agama Kristen di Mimika, bukan berarti mau meniadakan atau mau menghilangkan ajaran agama asli, melainkan untuk menyempurnakan, memperbaharui dengan ajaran Kristen, sebagaimana kata Yesus kepada para muridnya: “Aku datang bukan untuk meniadakan atau menghilangkan hukum Taurat atau kitab para Nabi. Aku datang bukan untuk menghilangkan, melainkan untuk menggenapinya” (Matius 5:17). Tetapi Auki juga mengalami hal yang sama seperti yang pernah dialami Yesus, bahwa “Seorang nabi dihormati dimana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya” (Matius 13:57, Lukas 6:27-36, Markus 6:1-6, Lukas 4:16-30). Semoga nama besar Auki dikenang didalam setiap insan yang mencintai kedamaian.
Sumber:http://www.swarapapua.com/index.php/health/item/413-ketika-auki-tekege-membawa-masuk-agama-kristen-di-pedalaman-papua-5-habis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar