Most Popular
This Week
Sebuah Peristiwa Pengibaran Bendera Bersejarah Sinyal Kebangkitan untuk Nasib Papua Barat
Klaim Papua Barat untuk menentukan nasib sendiri adalah mendapatkan dasar internasional . Tapi untuk ini menjadi kenyataan , lebih banyak pe...
Terbatasnya Tenaga Pelayanan Kesehatan di Meuwodide
Sedang santai dengan kediamannya, setelah Yogi pulang kampus (Foto Zaver Yogi/ Moyai) Bandung, - Fasilitas kesehatan berupa Puskesm...
Popular Posts
Latest Stories
What is new?
Comments
What They says?
MAHASISWA,
PENDIDIKAN
»
Bahasa dan Pengajaran
Bahasa dan Pengajaran
By Unknown On Senin, 12 November 2012
MAHASISWA,
PENDIDIKAN
0 comments
MORFOLOGI
A. Pengertian Morfologi
Still Nex New |
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik maupun fungsi semantik. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Kata Morfologi berasal dari kata
morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang
digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti
ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang
biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan
makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu
tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang
dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan
bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang
disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan
dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan
dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada
tingkat tertinggi.
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa
morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata)
serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan
kelas kata.
B. Morfem
1. Pengertian Morfem
Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang
tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi
maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).
Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang
memiliki makna dalam tutur suatu bahasa (Hookett dalam Sutawijaya,
dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka unsur yang
dimaksud oleh Hockett itu, tergolong ke dalam satuan gramatik yang
paling kecil.
Morfem, dapat juga
dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan
aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk
imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan
/duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Berdasarkan konsep-konsep di atas di
atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang terkecil
yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.
Kata memperbesar misalnya, dapat kita potong sebagai berikut
mem-perbesar
per-besar
Jika besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak mempunyai makna. Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut morfem. Morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti besar, dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti mem- dan per-, dinamakan morfem terikat. Contoh memperbesar di atas adalah satu kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per- serta satu morfem bebas, besar.
2. Morf dan Alomorf
Morf dan alomorf
adalah dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah
nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada
kenai); sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut
kalau sudah diketahui statusnya (misal [b¶r], [b¶], [b¶l] adalah alomorf
dari morfem ber-. Atau bias dikatakan bahwa anggota
satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan
makna yang sama dinamakan alomorf. Dengan kata lain alomorf adalah
perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap
morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah.
Contohnya, morfem meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-,
meng-, dan menge-. Secara fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara
lain, pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /I/ dan /r/; bentuk
mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/
dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem
awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar
yang fonem awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar
yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk menge-
berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku, contohnya {menge}+{cat}=
mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama
tersebut disebut alomorf.
3. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem
Untuk mengenal morfem
secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai
pegangan. Ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan
pengenalan morfem (Lihat Ramlan, 1980), yakni sebagai berikut:
3.1 Prinsip pertama
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.
membaca kemanusiaan
Contoh:
baca ke-an
pembaca kecepatan
bacaan kedutaan
membacakan kedengaran
_
Karena struktur fonologis dan Satuan tersebut walaupun
maknanya sama, maka satuan struktur fonologisnya sama,
tersebut merupakan morfem bukan merupak morfem
yang sama. yang sama karena makna gramatikalnya berbeda.
3.2 Prinsip Kedua
Bentuk-bentuk yang
mempunyai struktur fonolis yang berbeda, merupakan satu morfem apabila
bentuk-bentuk itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan
struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Perubahan
setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
Contoh:
mem – : membawa
meN-
men - : menulis
meny - : menyisir
meng - : menggambar
me- : melempar
Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
3.3 Prinsip Ketiga
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur
ontologis yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan
secara fonologis, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila
mempunyai makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer.
Perhatikan contoh berikut:
ber- : berkarya, bertani, bercabang
bel- : belajar, belunjur
be- : bekerja, berteriak, beserta
Kedudukan afiks ber- yang tidak dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi komplementer.
TERIMA KASIH BANYAK ( IDEEE UMANA )
About Unknown
Adds a short author bio after every single post on your blog. Also, It's mainly a matter of keeping lists of possible information, and then figuring out what is relevant to a particular editor's needs.
Tidak ada komentar: