 |
MATEUS ANAGAI TEKEGE |
Semua orang yang hebat adalah orang
yang belajar seumur hidup mencari keahlian, pandangan dan ide ide baru. Kalau
kita tidak belajar, kita tidak tumbuh dan tidak akan bergerak menuju puncaknya.
Pendidikan Usia Dini
Pendidikan usia dini sekarang tenag
marak-maraknya. Untuk mengegas anak-anak menjadi cepat mekar, cepat matang
dalam pengembangan diri menjadi anak yang terdidik. Agar tercapainya anak yang
terdidik perlu perhatian khusus dari orang tua, sebelum melangkah pendidikan
usia dini itu.
Sehingga, peranan orang
pendidikan diarahkan anak didiknya untuk bersekolah baik itu swasta maupun
negeri untuk mendapatkan pembelajaran di sekolah baik itu mulai dari usia dini,
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Sasaran pendidikan tak
berhenti
Sasaran pendidikan tak berhenti
artinya belajar terus menerus untuk mencari keahliannya. Untuk bergerak menuju
puncak penting melalui proses belajar. Belajar itulah yang disebut tak
henti-henti seumur hidup.
Untuk
apa belajar! Belajar bukan mencari kepentingan di suatu jabatan atau kepenting
tertentu. Namun, untuk memunculkan ide, memberikan pandangan yang baik terhadap
sesama masyarakat.
Belajar sebagai hidup
Semua orang yang hebat karena terpenuhi
proses belajar. Belajar memang hidup karena tidak mengenal umur dan waktu untuk
memperjuangkan dalam hidup melalui proses belajar. Untuk kata belajar dilakukan
dalam percobaan. Percobaan untuk menghasilkan sesuatu keahlian yang baik.
Maka, Belajar merupakan suatu
proses hidup menuju perubahan suatu daerah. Aneehnya orang asli Papua yang
sudah belajar sampai pendidikan tinggi itu tidak mempertahankan idealis sewaktu
bangku studi baik hanya ikut arus dalam sistemnya.
Ketika kita mencapai sasaran pendidikan tak kenal umur itu harus
tingkatkan idealis dimanapun kita bekerja. Kalau salah kita katakan salah
untuk mencari kebenaran dibalik tak kejujuran tersebut.
Ingat dalam diri kita bahwa kita tidak dapat meniru orang yang pandai atau
ternama untuk menjadi sukses, tetapi apa yang kita kerjakan sesuai proses
pembelajarnya.
A. Jenis
Pendidikan
Beberapa jenis pendidikan
yang akan dijelaskan, antara lain :
1. Pendidikan
massal (mass education)
Aktifitas masyarakat yang terdapat di masyarakat dengan sasaran
individu-individu dan orang dewasa yang mengalami ketelantaran pendidikan.
Contoh : BPPNFI mengadakan pemberantasan buta huruf dengan menyelenggaran
pembelajaran di daerah-daerah terpencil, dimana masih banyak terdapat orang
dewasa yang masih belum dapat membaca.
2. Pendidikan masyarakat (community education)
Gerakan pendidikan yang ditujukan pada persekutuan-persekutuan hidup agar
mereka memiliki pandangan, sikap, kebiasaan dan kemampuan tertentu. Hal ini
diselenggarakan dengan melalukan penyuluhan dan penyempurnaan lembaga yang
prosesnya melalui pembelajaran, misalnya gerakan koperasi.
3. Pendidikan dasar (fundamental education)
Gerakan
pendidikan yang ditujukan untuk meningkatkan perikehidupan masyarakat di bidang
sosial ekonomi melalui pendidikan minimum. Agar masyarakat dewasa lebih mampu
menyesuaikan diri dan mengembangkan lingkungan hidup dan menjaganya.
4. Penyuluhan (Extension)
Gerakan pendidikan, bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat yang dilakukan
oleh lembaga pendidikan tinggi bekerjasama dengan instansi pemerintahan yang
relevan. Pelaksanaanya melalui penyuluhan dan bimbingan, baik secara individu
juga kelompok.
5. Pengembangan Masyarakat (community development)
Untuk menjelaskan usaha, proses, gerakan yang dimaksudkan agar masyarakat
sebagai suatu system sosial dapat berkembang menjadi mampu menolong diri
sendiri untuk meningkatkan kualitas hidupnya di bidang ekonomi dan sosial.
Dilakukan dalam bentuk bimbingan persuasive secara perorangan dan kelompok.
Menurut Mardikanto (2003) pengembangan masyarakat sebagai
usaha untuk menumbuhkan kesadaran, mengembangkan daya pikir, sikap dan
keterampilan masyarakat agar mereka dengan mandiri mampu untuk mengembangkan
potensi dan penluang demi meningkatkan kualitas hidup bersama.
6. Masyarakat belajar (learnig society) Kenyataanya warga masyarakat aktif menggali pengalaman belajar
disemua segi kehidupan. Melakukan aktifitas apapun dan mencari pengetahuan yang
bersumber dari mana pun merupakan bagian dari pembelajaran.
7. Pendidikan seumur hidup (lifelong education)
Kenyataannya, dan atas kesadaran kita, asas dan harapan baru bahwasanya proses
dan kebutuhan pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia. Manusia perlu
mencari pengetahuan, pengalaman dan pemikiran baru di sepanjang hayat hidupnya.
Dalam hal ini, pendidikan tidak mengenal usia dan kata terlambat untuk belajar.
B. Defenisi Andragogi
Andragogi telah dirumuskan sejak tahuan 1920. Andragogi dirumuskan sebagai
suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan
sepanjang hidup. Belajar bagi orang dewasa berhubungan dengan bagaimana
mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya sendiri (Pannen,
1997).
Perbedaan antara anak-anak dan dewasa dapat ditinjau dari 3 hal yaitu :
a. Usia, individu yang berumur
lebih dari 16 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan kurang dari 16
tahun masih disebut anak-anak.
b. Ciri psikologis, individu yang dapat
mengarahkan diri sendiri, tidak selalu tergantung dengan oranglain, bertanggung
jawab, mandiri, berani mengambil resiko, mampu mengambil keputusan merupakan
ciri orang dewasa.
c. Ciri biologis, individu dikatakan dewasa
apabila telah menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder.
Dapat juga dikatakan bahwa andragogi merupakan suatu ilmu (science) dan seni (art) dalam membantu orang
dewasa belajar (Knowles:1980).
Menurut
Flores (1983), seseorang akan
termotivasi untuk belajar apabila ia dapat memenuhi keinginan dasarnya.
Keinginan dasar itu adalah : Keamanan, kasih sayang, pengalaman baru,
pengakuan, dan juga faktor fisik (contoh: suasana belajar, ruangan, penerangan)
dan psikologis (contoh: sikap pembimbing dan support dari kerabat atau
keluarga).
Beberapa defenisi Pendidikan Orang Dewasa, menurut :
A. UNESCO(Townsend Coles, 1977), pendidikan orang dewasa merupakan keseluruhan
proses pendidikan yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan,metodenya baik
formal dan tidak, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula
di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang
yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya
pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan
mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap
perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial,
ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas.
Defenisi diatas menekankan pencapaian perkembangan individu dan peningkatan
partisipasi sosial.
B. Bryson, menyatakan bahwa
pendidikan orang dewasa adalah semua aktifitas pendidikan yang dilakukan oleh
orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian waktu
dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan intelektual.
C. Reeves,et al, pendidikan orang dewasa
adalah suatu usaha yang ditujukan untuk pengembangan diri yang dilakukan
individu tanpa paksaan legal, tanpa usaha menjadikan bidang utama kegiatannya.
C. Karakteritik Pendidikan Orang
Dewasa
- Memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
- Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Orang dewasa termotivasi untuk
belajar karena ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan berprestasi
secara personal, keputusan dan perwujudan diri.
- Banyak peranan dan tanggung jawab yang dimiliki. Menimbulkan persaingan
terhadap permintaan waktu antar setiap peranan yang ia miliki. Menyebabkan
keterbatasan waktu untuk belajar. Penting bagi pendidik orang dewasa untuk
memiliki sensitifitas dan memahami adanya persaingan penggunaan waktu.
- Kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka miliki untuk belajar
kembali. Kepercayaan – kepercayaan yang tidak benar tentang belajar, usia
lanjut dan faktor fisik juga dapat meningkatkan ketidakpercayaan diri orang
dewasa untuk kembali belajar.
- Pengalaman dan tujuan hidup orang dewasa lebih beragam daripada para pemuda.
Dan hal ini dapat dijadikan suatu kekuatan yang positif yang dapat dimanfaatkan
melalui pertukaran pengalaman dikalangan pembelajar orang dewasa.
- Makna belajar bagi orang dewasa. Belajar adalah suatu proses mental yang
terjadi dalam benak seseorang yang melibatkan kegiatan berfikir. Bagi
pendidikan orang dewasa melalui pengalaman-pengalaman belajar makna belajar
diberikan.
D. Beberapa Asumsi Dasar dan Implikasinya -
Konsep
Diri,
konsep diri yang dimiliki orang dewasa berbeda dengan konsep diri anak. Jika
konsep diri anak bahwa dirinya tergantung dengan orang lain. Maka, konsep diri
orang dewasa adalah tidak lagi tergantung namun, telah dapat mengambil
keputusan, mampu mengatur diri sendiri. Oleh sebab itu, orang dewasa perlu
perlakuan yang sifatnya menghargai, terkhusus pada pengambilan keputusan. Orang
dewasa juga akan menolak apabila kondisi belajar berbeda dengan konsep diri
yang ia miliki. Orang dewasa telah mempunyai kemauan sendiri (pengarahan diri)
untuk belajar.
a. Iklim belajar diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Seperti :
ruangan, kursi, meja dan sejenisnya disusun sesuai keinginan orang dewasa.
Dengan demikian diharapkan terciptanya kenyamanan belajar.
b. Pelajar dilibatkan dalam proses merancang perencanaan belajar.
c. Pelajar diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajar. Mereka akan
lebih terlibat dan termotivasi untuk belajar jika hal yang akan dipelajari
sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Pengalaman, Perbedaan pengalaman
yang dimiliki merupakan akibat dari masa mudanya. Seiring berjalannya waktu
maka pengalaman yang dimilikinya pun semakin banyak.
Implikasi :
a. Proses belajar lebih ditekankan pada metode yang menyaring pengalaman
mereka, seperti melalui diskusi kelompok, metode kasus, metode insiden kritis,
simulasi dll. Dengan demikian akan lebih banyak keterlibatan diri pada proses
belajar.
b. Penekanan pada proses belajar aplikasi praktis. Untuk memberikan pengenalan
konsep baru pengajar memberikan penjelasan melalui pengalaman yang berasal dari
pelajar itu sendiri.
- Kesiapan
Untuk Belajar,
Kesiapan belajar yang dimiliki individu sebagai akibat dari peranan sosial yang
dimilikinya. Havinghurts (1953) membagi masa dewasa menjadi tiga,
yaitu : masa dewasa awal (18-30 tahun), dewasa madya (30-55 tahun), dewasa
akhir (lebih dari 55 tahun). Dan membagi 10 peranan sosial yaitu sebagai
pekerja, kawan, orangtua, kepala rumah tangga, anak, warga Negara, anggota
organisasi, rekan kerja, anggota keagamaan, pemakai waktu luang.
Implikasi :
a. Urutan kurikulum disusun berdasarkan tugas perkembangan bukan berdasarkan
urutan mata pelajaran atau kebutuhan lembaga.
b. Konsep mengenai tugas perkembangan orang dewasa memberikan petunjuk dalam
belajar kelompok.
- Orientasi
Terhadap Belajar,
Orang dewasa cenderung mempunyai perspektif untuk secepatnya mengaplikasikan
apa yang telah mereka pelajari. Pendidikan bagi orang dewasa dipandang sebagai
suatu proses untuk meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah hidup yang
ia hadapi.
Implikasi :
a. pendidik berperan sebagai pemberi bantuan kepada pelajar dewasa bukan
sebagai guru yang mengajar materi.
b. Kurikulum POD tidak berorientasi pada mata pelajaran tertentu, tetapi
berorientasi pada masalah.
c. Karena orang dewasa berorientasi pada masalah maka pengalaman belajar yang
dirancang didasarkan pada masalah dan hal yang menjadi bahan perhatian mereka
juga.
E. Tujuan Pendidikan
Orang Dewasa
Houle (1972), menggambarkan enam orientasi yang dipegang oleh pendidik orang
dewasa, yaitu :
1. Memusatkan pada tujuan.
2. Memenuhi kebutuhan dan minat.
3. Menyerupai sekolahan.
4. Menguatkan kepemimpinan.
5. Mengembangkan lembaga pendidikan orang dewasa.
6. Meningkatkan informalisasi.
Bergeivin mengemukakan tujuan pendidikan orang dewasa sebagai berikut :
a. Membantu pelajar mencapai suatu tingkatan kebahagiaan dan makna hidup.
b. Membantu pelajar memahami dirinya sendiri, bakatnya, keterbatasannya dan
hubungan interpersonalnya.
c. Membantu mengenali dan memahami kebutuhan lifelong education.
d. Memberikan kondisi dan kesempatan untuk membantu mencapai kemajuan proses
pematangan secara spiritual, budaya, fisik, politik dan kejujuran.
e. Memberikan kemampuan melek huruf, keterampilan kejujuran dan kesehatan bagi
orang dewasa yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk belajar.
F. Pertimbangan Filosofis Dalam Pendidikan Orang
Dewasa
Berpikir filosofis sangat berguna untuk “Mengetahui prinsip-prinsip apa yang
harus atau yang akan dilakukan”. Filsafat berkenaan dengan rangkaian panjang yang
berkelanjutan dari common sense manusia disatu pangkal dan akhir cara
berpikir filosofis disuatu ujung yang mungkin tak terhingga. Pemikiran filsafat
sebagi suatu proses tidak pernah berakhir, sama seperti lifelong
education
bagi orang dewasa. Kadangkala common sense tidak cukup untuk menjadi
penyusun kebijaksanaan pendidikan jangka panjang, maka common
sense
dalam cara berpikir filosofis perlu untuk diperbaiki dan dijernihkan secara
terus menerus, dapat dilakukan dengan pendekatan ilmiah dan pendekatan
filosofis.
Pendekatan ilmiah dengan menentukan masalah spesifik pendidikan dan membatasi
variable setepat mungkin. Kemudian menentukan hubungan antar variable untuk
memperoleh jawaban yang tepat. Kita harus mencegah variable luar lain
mempengaruhi hasil penelitian.
Pendekatan filosofis merupakan cara pandang yang kompleks. Yang didapat dari
berbagai sumber pemikiran, yaitu common sense, tradisi, ilmu pengetahuan hidup,
sosial dan sejarah. Pendekatan ini untuk memecahkan masalah berdimensi luas.
Alasan pentingnya berpikir filsafat dalam pendidikan orang dewasa, karena 1)
Perlu acuan pertanyaan dalam menetapkan program yang akan datang. 2) Seringkali
pendidik merasa hanya menjadi bagian kecil pada suatu lembaga besar, sehingga
ia memandang lembaga menjadi sumber acuannya. 3) Perlu landasan pendidikan
untuk menilai keterkaitan antar masalah/personal. 4) pendidik perlu melihat
keterkaitan antara pendidikan orang dewasa dengna aktifitas masyarakat. 5)
berpikir filsafat yang dikembangkan dengan baik dapat menyiapkan pendidik.
G.Prinsip umum yang
berguna bagi pemilihan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
yang diinginkan.(Ralph W.Tyler: 1966
Prinsip pertama,
Pembelajar yang hendak mencapai suatu tujuan belajar haruslah memiliki
pengalaman-pengalaman belajar yang juga memberikan kesempatan untuk
mempraktikkan bentuk/jenis perilaku yang terkandung dalam tujuan.
Prinsip kedua,
Menekankan agar pengalman-pengalaman belajar dibuat dalam bentuk sedemikian
rupa sehingga dapat menimbulkan kepuasan dalam diri pelajar setelah
melaksanakan perilaku yang terkandung dalam tujuan pendidikan yang
bersangkutan.
Prinsip ketiga,
Berkaitan dengan pengalaman belajar ialah reaksi yang dikehendaki terjadi dalam
pengalaman diharapkan sesuai dengan batas pengalaman pelajar tersebut.
Prinsip keempat,
Menekankan bahwa ada banyak pengalaman belajar yang spesifik yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dikehendaki dan sesuai dengan
pengalaman yang dihadapi. Prinsip kelima, bahwa suatu pengalaman belajar
biasanya akan menimbulkan beberapa macam hasil.
H. Prinsip Belajar Untuk Orang Dewasa Menurut Hommonds , terdapat 4 prinsip belajar yang
dapat digunakan untuk mempercepat proses perubahan perilaku pelajar, yaitu :
1. Prinsip latihan (praktik), ketika kita telah
menerima materi dan melakukan aktifitas yang konkrit dan juga yang tidak nyata
seperti aktifitas penggunaan indera, susunan syaraf dan pusat susunan syaraf.
Pelajar akan terdorong untuk mengaplikasikan ilmu yang ia terima sebelumnya. Hal
ini akan mempercepat perkembangan dan perubahan kualitas pelajar.
2. Prinsip hubungan, Kejadian atau pengalaman
dimasa lampau dapat dijadikan pedoman untuk meramalkan akibat atau hasil yang
akan mungkin akan terjadi dari suatu proses. Menghubungkan pengalaman baru
dengan pengalaman terdahulu.
3. Prinsip akibat, Dalam pendidikan orang dewasa, emosi,
perasaan, lingkungan belajar, hingga pendidik yang memberikan materi sangat
mempengaruhi keberhasilan atau tidak tercapainya keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Oleh karena itu, sangat diperlukan pendidik yang peka terhadap kepuasan
pelajar yang berkaitan dengan segala hal yang berkaitan dengan proses belajar
pendidikan orang dewasa. Dengan adanya kepuasan diharapkan pelajar dapat
mencapai keberhasilan dan tujuan
pembelajaran.
4. Prinsip kesiapan, Kesiapan diri pelajar
akan menentukan manfaat yang dapat diperoleh dari proses belajar. Baik fisik
maupun mental pembelajar sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Dengan adanya
kesiapan mental dan fisik diharapkan pelajar dapat mencurahkan seluruh
perhatiannya pada materi yang sedang dihadapi. Dengan demikian diharapkan,
pelajar dapat memaksimalkan usaha pencapaian dan dapat mengatasi rintangan
belajar, agar dapat berprestasi.
SEKIAN &
TERIMAKASIH ^^ SEMOGA BERMANFAAT JJJJ
Tidak ada komentar: