Most Popular
This Week
Sebuah Peristiwa Pengibaran Bendera Bersejarah Sinyal Kebangkitan untuk Nasib Papua Barat
Klaim Papua Barat untuk menentukan nasib sendiri adalah mendapatkan dasar internasional . Tapi untuk ini menjadi kenyataan , lebih banyak pe...
Terbatasnya Tenaga Pelayanan Kesehatan di Meuwodide
Sedang santai dengan kediamannya, setelah Yogi pulang kampus (Foto Zaver Yogi/ Moyai) Bandung, - Fasilitas kesehatan berupa Puskesm...
Popular Posts
Latest Stories
What is new?
Comments
What They says?
Kisah Auki (5/Habis): Ini Pesan Terakhir
Penetapan Auki Tekege Sebagai Tokoh Gereja oleh Uskup Timika Mgr Jhon P Saklil Pr
Auki
ialah manusia pra Modern yang belum tahu apa itu Injil atau Alkitab
apalagi perkembangan dunia luar. Tetapi dengan gigih berjuang
menghadirkan kabar suka cita di daerah pedalaman melalui hubungan dagang
yang sudah lama dijalin dengan suku Kamoro.
Dalam
sejarah perkembangan bangsa barat ke wilayah ekspansinya sering terjadi
perang dengan bangsa pribumi. Namun pertemuan awal antara Auki dengan
para misionaris terjadi dengan damai dan saling memandang satu sama lain
sebagai ciptaan Tuhan.
Oleh
karena itu DR JV de Bruijn menyebut Auki adalah orang yang bijak dan
berpengalaman, juga berprestasi dan berkemampuan. Auki juga sudah
melihat laut, Maikaida dan mengadakan kontak dengan orang Mimika dengan
tukar menukar rokok dengan garam, juga menguasai bahasa Mimika.
(Auki
is echter een bereisd man, waaraan hij zijn prestige ontleent. Hij heft
de zee, maikaida, gezien. Hij ruilhandel drijft-tabak tegen zout de
Mimikataal).[9]
Auki
dibabtis menjadi orang Katolik pada tanggal 19-07-1958 bersama
rekan-rekannya dari Mapia oleh Vikaris Apostik dan Uskup Tituler
Mosynopolis Irian, Mgr. Dr. Staverman di Modio. Satu
tahun kemudian 1959 Auki meninggal dalam usia muda. Beliau dimakamkan di
Gokotikapau, yaitu sebuah gua yang sudah dipilih sebelumnya.
Pepatah
mengatakan “Gajah meninggalkan gading, manusia meninggalkan nama”.
Pepatah ini tidak berlaku bagi seorang Auki yang telah berjasa bagi
orang pedalaman dan pegunungan bumi Cenderawasih. Karena jasanya
menawarkan misionaris datang membuka mata hati pikiran orang gunung
belum pernah dikenal luas. Sekarang menjadi tanggung siapa? Apakah orang
Paniai yang telah muncul sebagai Auki-Auki kecil tinggal diam tanpa
berterima kasih sedikitpun? Lima puluh tahun pesta emas berdirinya
Gereja Modio – Mapia dan 70 Tahun masuknya Agama di daerah pedalaman
Paniai adalah merupakan tonggak sejarah yang perlu dihayati dan
direnungkan bersama-sama. Agar masyarakat Mapia khususnya dan orang
Irian umumnya dapat membuka mata melihat kehidupan baru kedepan, untuk
membangun, menata dan mengangkat sisa-sisa firdaus yang semakin hilang.
Sebelum
Auki meninggal hanya ada satu pesan yang ditinggalkan kepada
anak-cucunya, kepada orang Modio dan Mapia khususnya dan orang Irian
umumnya.
AUKI bukan milik Tekege paa
AUKI bukan milik Tatago paa
AUKI bukan milik orang Modio
AUKI bukan milik orang Mapia
AUKI bukan milik orang Pedalaman
AUKI bukan milik orang Melanesia
Tetapi …………….
AUKI adalah milik setiap insan manusia
Yang mencintai dan mencari firdaus
AUKI adalah simbol firdaus yang hilang
Yang mencari dan menemukan Kabo-Mana
Untuk kita
Auki
pergi menawarkan dan menerima agama Kristen di Mimika, bukan berarti
mau meniadakan atau mau menghilangkan ajaran agama asli, melainkan untuk
menyempurnakan, memperbaharui dengan ajaran Kristen, sebagaimana kata
Yesus kepada para muridnya: “Aku datang bukan untuk meniadakan atau
menghilangkan hukum Taurat atau kitab para Nabi. Aku datang bukan untuk
menghilangkan, melainkan untuk menggenapinya” (Matius 5:17). Tetapi Auki
juga mengalami hal yang sama seperti yang pernah dialami Yesus, bahwa
“Seorang nabi dihormati dimana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri
dan di rumahnya” (Matius 13:57, Lukas 6:27-36, Markus 6:1-6, Lukas
4:16-30). Semoga nama besar Auki dikenang didalam setiap insan yang
mencintai kedamaian.
Sumber:http://www.swarapapua.com/index.php/health/item/413-ketika-auki-tekege-membawa-masuk-agama-kristen-di-pedalaman-papua-5-habis
About Unknown
Adds a short author bio after every single post on your blog. Also, It's mainly a matter of keeping lists of possible information, and then figuring out what is relevant to a particular editor's needs.
Tidak ada komentar: