Sultan Paham Sejarah Politik Papua

Menyusul pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang menyatakan kesiapan dirinya menjadi fasilitator dialog Jakarta-Papua, bahkan Kota Yogyakarta siap menjadi tempat berdialog, mendapat respons positif dari Ketua Komisi A DPRP Ruben Magay S.IP.
Menurut Politisi Partai Demokrat ini, kesiapan Sultan jadi mediator konflik Papua karena ia memahami sejarah politik Papua, dengan didasari sikap dan tindakan dari segi kemanusiaan dalam menyelesaikan semua persoalan yang terjadi di Papua. Apalagi Yogyakarta adalah saksi sejarah pencetusan Tri Komando Rakyat (Trikora), diantaranya menyatakan bubarkan negara boneka buatan Belanda di Irian Barat.
Karenanya, ujar dia, bila Sultan sudah bicara tentang masalah Papua lantaran ia prihatin dengan keadaan Papua dari hati nuraninya.
‘’Saya kira ini bukti Sultan dan keraton prihatin dengan kondisi Papua, terutama dari aspek kemanusiaan. Jika saja semua orang seperti pemikiran dan pandangan Sultan, pasti persoalan Papua segera tuntas,’’tandas Ketua Komis A DPR Papua Ruben Magai kepada BIntang Papua di ruang kerjanya, Kamis (21/6/2012).
Lanjutnya, hanya dengan pendekatan kemanusiaan seperti yang ditawarkan Sultan, yang bisa menyelesaikan segala persoalan Papua.
‘’Selama ini pendekatan secara kemanusiaan kepada rakyat Papua serta permintaan rakyat Papua untuk dialog, tidak pernah jalan, karena pendekatan yang dilakukan lebih kepada politik dan kekuasaan,’’ucapnya. Ruben juga mengatakan, sangat sepakat dengan Sultan yang melihat Papua dari berbagai versi.
‘’Persoalan Papua bukan hanya soal kemanuasiaan juga politik dan sejarah seperti yang diungkapkan Sultan,’’paparnya.
Ruben Magay juga yakin Sultan Hamengkubowono banyak mengerti tentang sejarah politik Papua sehingga ia berani mengungkapkan hal seperti itu. Apalagi, Yogyakarta tidak ubahnya dengan Papua diberikan kekhususan. Karena sesuai sejarah, terbentuknya Negara Indonesia berasal dari Yogyakarta.
“Bila Yogya sudah bicara seperti itu, artinya pusat terbentuknya negara Indonesia sudah bersuara.
Pendeta Benny Giay juga mengatakan, bahwa rakyat Papua percaya dengan Sultan Hamengkubuwono, karena juga mendukungnya terwujudnya dialog Papua-Jakarta.
‘’Kami percaya dengan Sultan, dengan segala niatnya menjadi fasilitator dialog Papua-Jakarta,’’tukasnya. Namun, sambungnya, jika dialog diselenggarakan, kerangka acuannya harus jelas. ‘’Rakyat Papua tidak ingin dialog versi pemerintah, karena tidak akan pernah tuntas,’’singkatnya.
Dialog, kata dia, selain acuannya jelas, juga mesti disepakati siapa yang memediasi. “Sebelum dialog, kami harus tahu harus berangkat dari mana dulu, siapa yang memediasi, formatnya bagaimana, dan itu semua harus melalui sebuah kesepakatan bersama,’’ tandasnya.[Binpa]

About Unknown

Adds a short author bio after every single post on your blog. Also, It's mainly a matter of keeping lists of possible information, and then figuring out what is relevant to a particular editor's needs.

Tidak ada komentar:

Leave a Reply


Top